sebenarnya disebuah organisasi entah itu di sekolah, kantor maupun kampus haruslah ada yang namanya karektersitik, dan karakteristik itulah yang akan membuat organisasi tersebut berjalan. lalu "apa sajakah karakteristik itu?", nah, inilah karakteristik yang harus ada di sebuah organisasi.
1. Tujuan
Setiap
organisasi harus memiliki suatu tujuan. Tujuan itu dicerminkan oleh
sasaran-sasaran yang dilakukan baik dilaksanakan untuk jangka pendek
maupun untuk jangka panjang. Tiga bidang utama yang harus ada dalam
tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan) maksud keuntungan disini bukan rumus untung dalam dagang ya!!!, growth (pertumbuhan) ini yang pasti diinginkan oleh setiap organisasi, dan survive (bertahan hidup) bertahan hidup disini artinya menjaga agar organisasi tetap berjalan. Ketiganya itu harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
2. Kumpulan Orang
Jelas,
tidak mungkin jika suatu organisasi hanya terdiri dari satu orang yang
ingin mencapai tujuannya sendiri. Dari definisi dijelaskan bahwa
organisasi setidaknya terdiri dari kumpulan orang, berarti minimal dua
" jarang ya, ada organisasi cuma dua orang ", yang memiliki tujuan bersama.
3. Struktur
Struktur
dibentuk dalam sebuah organisasi dengan tujuan agar posisi setiap
anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan, mengenai hak maupun
kewajibannya. Struktur itu dibentuk agar organisasi berjalan sukses,
rapi dan tepat, karena terdapat struktur komando, siapa yang berwenang
dan siapa yang diberi wewenang.
4. Sistem dan Prosedur
Karakteristik
yang terakhir ini menggambarkan bahwa sebuah organisasi diatur
berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus
dengan penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan
prosedur ini ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem rekrut
atau anak SMA sering menyebutnya REORGANISASI, dan birokrasi.
Faktor
lingkungan sangat berpengaruh terhadap eksistansi suatu organisasi.
Organisasi cenderung memainkan peran menyesuaikan dengan keadaan
lingkungan, entah itu demografi, ekonomi, politik, budaya, juga alam sekitar. Jadi, kemajuan organisasi harus selaras dengan perubahan lingkungan.
nah, sekarang "apa manfaat ikut organisasi?".
Dalam
berorganisasi kita akan terasah dan terlatih dalam suatu kebersamaan
dengan orang lain, baik suka maupun duka. Di suatu organisasi itulah
tercampur secara alamiah berbagai perilaku dan sifat masing-masing
anggota. Ada yang egois, ada yang sosial. Ada yang pendiam, tapi ada
pula yang banyak ngomong alias cerewet. Dan dalam kebersamaan di
organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna
dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang mampu kapan saatnya
menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan pula dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama pula.
Manfaat BerOrganisasi
Lewat beroganisasi, kita belajar untuk bisa menyampaikan pendapat. Dan kadang kita pula harus menerima pendapat orang lain kalau memang mereka lebih baik pendapatnya. Dari proses itulah tanpa disadari kita belajar berkomunikasi, kita di latih untuk berkomuniaksi tanpa harus membaca banyak buku. Yang namanya organisasi kan adalah kumpulan dari beberapa orang yang memiliki tujuan berasama dan ingin meraihnya berasama. Dan cara memperoleh tujuan itulah dengan cara berkomunikasi.Mungkin terlihat sederhana dan sepele, bisa jadi pun tidak ada artinya bagi orang lain. Kebanyakan ada yang menilai sinis tentang organisasi dan bahkan ada yang menakut nakuti kalau orang yang mengikuti ornganisasi nantinya tidak bisa mengatur waktu dan sekolahnya malah jadi ga beres.
![]() |
Gambar dari google, hanya ilustrasi |
Bedanya orang yang aktif organisasi dan tidak
Saya yakin kalian yang tidak mengikuti organisasi pun belum tentu PR selesai di kerjain, tugas beres. Bisa jadi pas ngumpulin tugas, sama sama belum seperti orang yang iktu organisasi. Tapi bedanya, mereka paling tidak punya pengalaman organisasi nantinya. Daripada kalian yang hanya diam saja dan bengang bengong di kost.Satu sisi lain, nanti terlihat antara orang yang sering atau pernah berorganisasi. Ia lebih pandai dan tanggap kalau berbicara, sudah tidak malu untuk tampil di depan umum. Atau kalau di beri saran, mereka akan lebih bisa menerima tidak kolot seperti mereka yang tidak pernah berorganisasi. Sebab di akui atau tidak, suatu saat kita akan berbicara di depan umum. Entah jadi ketua RT nantinya atau sekedar memberi sambutan. Nah kalau kalian tidak pernah melatih untuk berbicara seperti itu, suatu saat akan cangung.
Coba deh liat babak bapak kalian kalau sedang rapat RT. Terlihat kan mana yang aktif dan bisa di ajak diskusi dan mana yang pasif, dan orang yang pasif itu pula kalau ngomong liat deh.Apakah nantinya omongannya tertata? nah itu pula yang membedakan semua yang aktif organisasi atau tidak. Walaupun setiap orang punya kemampuan yang berbeda dalam menyampaikan pendapat. Paling tidak, kalian akan tau hasil akhir dari manfaat pentingnya mengikuti organisasi di sekolah
Belajar diutamakan, Organisasi dinomer satukan! (Prestasi Oke, Organisasi Yes!)
Sebut saja namanya Joko, lulus kuliah
dengan nilai akademis yang fantastis. Ia pun mudah diterima kerja. Tapi
masalah mulai muncul saat ia harus berhadapan dengan struktur
organisasi perusahaan dimana ia bekerja. Belum lagi harus adu pendapat
di rapat-rapat kerja yang ia pun asing dengannya. Maklum, selama sekolah
dan kuliah, si Joko ini tidak pernah mengikuti organisasi apa pun alias
anti dengan organisasi.
Lain lagi ceritanya dengan Wanto.
Nilainya memang biasa saja. Tapi, si Wanto ini masuk categori profil
mahasiswa yang punya kemampuan bagus dalam membagi waktu antara belajar
dan berorganisasi. Ya, Wanto adalah seorang aktivis dikampusnya. Tak
hanya sejak dikampus sie, jejak aktifnya di organisasi telah ia mulai
sejak di MI (Madrasah Ibtidaiyyah), dari Pramuka, Paduan Suara dan
extrakulikuler lainnya.
Tak disangka, pengalaman organisasinya
membawa manfaat saat wawancara kerja. Keterbiasaannya mengungkapkan
pikiran dan pendapatnya secara verbal di depan umum, membantu ia dalam
proses wawancara kerja tersebut. Ia pun menjalani tes wawancara itu
dengan lancar dan mengesankan. Di dunia kerja, ia tidak canggung
menghadapi struktur organisasi dan rapat-rapat kerja. Dan saat ia
diangkat menjadi manajer, ia mampu mempimpin bawahannya dengan baik.
Ilustrasi diatas memang tidak mewakili
seluruh orang yang pernah berorganisasi atau pun tidak. Masih ada juga
orang yang canggung walau punya banyak pengalaman jadi organisatoris.
Atau bahkan ada juga ornag yang justru luwes walaupun tidak pernah
bersentuhan dengan aktivitas organisasi di sekolah atau kulliahnya.
Tapi, ilustrasi ini bisa menjelaskan manfaat dari berorganisasi.
Belajar Diutamakan
Telah diimani bersama, bahwa sekolah atau
madrasah merupakan tempat bagi siswanya dalam menimba ilmu,
mengembangkan potensi diri baik itu dibidang akademik maupun dalam
sebuah organisasi. Sebagai seorang pelajar tentu tujuan utamanya adalah
belajar. Kembali ke khittoh sebagai seorang pelajar sejati itu,
akan mengiring kepada satu pemahaman akan kewajiban utamanya yaitu
belajar. Ruangan kelas dan kamar belajar akan selalu menjadi tempat
favorit untuk dikunjungi. Hari-harinya akan dihabiskan dengan bergulat
ria dengan buku-buku LKS, guru privat dan aktifitas-aktifias belajar
lainnya. Karena Memiliki anak dengan prestasi bagus adalah dambaan
setiap orang tua. Keduanya akan bangga jika melihat anaknya menulang
prestasi belajar yang baik disekolahnya. Hingga porsi belajarnya pun
harus diutamakan demi menuai tujuan utamanya itu.
Prestasi. Iya satu hasil dari sebuah
usaha. Dengan sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha,
pekerjaan (Seperti belajar) yang dilakukan dengan sunguh-sunguh sehingga
mencapai hasil yang terbaik dan maksimal. Inilah sejatinya yang mungkin
membuat banyak orang terlena dalam satu pemahaman yang mungkin salah,
Jika prestasi anak hanya dilihat dari sisi akademis. Hasil dari belajar
yang sukses sebagaimana disampaikan banyak tokoh adalah hasil belajar
yang menghasilkan goal pada 3 aspek besar, yaitu: aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek psikomotorik. Mungkin hipotesa yang bisa
diambil sekarang adalah ketidak sadaran kita akan pemenuhan 3 aspek
penting ini, untuk menghantarkan siswa menjadi orang yang siap pakai,
terutama di masyarakat. Sudahkah siswa kita dikenalkan pada hal
tersebut?
Organisasi Dinomersatukan
Terlibat aktif dalam organisasi akan
mengembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi seseorang. Telah terbukti
baik secara ilmiah maupun secara realita dikehidupan sehari-hari,
orang-orang yang matang dalam organisasi lebih unggul dibandingkan
mereka yang diam saja.
Softskill. Iya satu Skill yang
tidak diajarkan didalam kelas. Ini yang menjadi alasan betapa
pentingnya siswa mencari pengalaman belajar diluar kelas, utamanya ikut
organisasi. Karena aspek inilah yang dominan dalam mendukung kiprah
mereka di masyarakat. Perlu anda ketahui Ada 24 Atribut softskills yang
dominan dibutuhkan dilapangan kerja atau masyarakat (pasca lulus
sekolah atau kuliah) yang telah dirilis oleh center for enterpreuneurship education and development, yaitu
meliputi: Inisiatif, Etika, Berfikir kritis, Kemauan belajar, Komitmen,
Motivasi, Bersemangat, Dapat diandalkan, Integritas, Komunikasi lisan
dan Kreatif, serta kemampuan analitis yang berporos pada kemampuan
mengatasi stress, Menejemen diri, Menyelesaikan persoalan, Dapat
meringkas, Berkooperasi, Fleksibel, Kerja dalam tim, Mandiri,
Mendengarkan, Tangguh, Berargumen logis dan Menejemen waktu.
Ke 24 atribut tersebut dapat kita gali
melalui berorganisasi. Itulah betapa pentingnya kita untuk
menomorsatukan organisasi. Karena banyak hal akan kita dapatkan dari
organisasi:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah
Hal ini salah satu nilai tambah yang
didapatkan seseorang dengan aktif di organisasi. Perbedaan yang jelas
akan terlihat ketika dua orang dibandingkan. Satu siswa terbiasa
menyelesaikan masalah-masalah di organisasi, satu lagi siswa yang
terbiasa diam dikamar, kutu buku, tak pernah bergaul.
Siswa yang terbiasa di organisasi
cenderung tidak shock ketika mendapatkan masalah, menanggapi dengan
lebih tenang karena dia telah terbiasa. Sementara siswa yang tak
terbiasa merasa tidak percaya diri, dan akhirnya kebingungan.
2. Kemampuan menentukan pilihan terbaik (prioritas)
Pilihan untuk berorganisasi secara
maksimal sendiri adalah pilihan yang berat. Mereka yang aktif
berkecimpung dalam dunia organisasi biasanya berhadapapan dengan banyak
masalah yang harus segera diselesaikan.
Latihan-latihan dalam dunia organisasi
untuk menyelesaikan masalah umumnya sangat sering. Masalah bisa dicari,
bahkan biasanya datang sendiri. Nah, semakin sering menyelesaikan
masalah ini, maka intuisi untuk menentukan prioritas akan semakin
terasah.
Mereka yang aktif di organisasi dilatih
untuk pandai memilah masalah. Mana masalah sangat penting, mana masalah
yang sudah dikejar deadline, mana
masalah tidak terlalu penting, mana masalah yang dapat diselesaikan
suatu saat nanti. Semakin lama dan semakin banyak masalah yang berhasil
disortir, maka kemampuan ini akan semakin tertempa.
3. Teman dan sahabat
Poin tiga ini adalah salah satu buah
manisnya dunia organisasi. Salah satu yang paling banyak menarik orang
untuk terlibat aktif di organisasi. Intensitas diskusi, sharing,
komunikasi inilah yang nantinya akan memunculkan ikatan pertemanan,
ikatan emosional, dan persahabatan.
Banyak pertemanan dan persahabatan akrab
berawal dari organisasi. Banyak rekanan yang cocok, partner yang pas di
kemudian hari dimulai dari kedekatannya di satu organisasi tertentu.
4. Jejaring Sosial (Sosial Network)-Jejaring Kerja (Job Network)
Poin nomor empat ini juga salah satu yang
menarik banyak orang untuk berorganisasi. Aktif berorganisasi, artinya
punya kesempatan mendapat banyak teman, punya kesempatan mengenal banyak
orang, punya kesempatan berinteraksi dengan berbagai lembaga (misalnya
sponsor, rekanan, dsb).
Dari interaksi-interaksi itulah orang
yang berorganisasi dapat mengumpulkan jaringan dan koneksinya.
Pertemanan yang baik saja dapat menjadi sebuah koneksi yang bagus di
kemudian hari. Orang yang punya kemampuan komunikasi bagus dalam
organisasi biasanya punya banyak kenalan. Punya teman dimana-mana. Punya
kenalan di perusahaan A, di perusahaan B, dll. Kemudian hari,
kenalan-kenalan ini dapat dijadikan sebuah jaringan yang berguna untuk
karier dan lain-lain.
5. Keahlian Spesifik
Poin nomor lima ini sering dijadikan
bahan tulisan, dasar yang menjadi intisari dari tujuan orang
berorganisasi. Berbicara keahlian, sangat banyak cakupannya. Banyak
kemampuan bisa disebut keahlian. Dan untungnya, keahlian spesifik dalam
organisasi ini tidak didapatkan di materi kuliah.
Keahlian spesifik yang dimaksud menjurus
pada suatu keahlian khusus. Dan pendalamannya harus dengan latihan yang
terus menerus. Di Organisasi pers alam misalnya, seseorang akan diajari,
dilatih untuk ahli dalam ilmu tulis menulis, layout, dan sebagainya,
tergantung bidang yang diambil dalam Organisasi pers tersebut.
6. Popularitas
Salah satu yang paling menarik minat
orang untuk berorganisasi adalah ingin dikenal orang lain. Dalam bahasa
kerennya disebut popuparitas, atau menjadi populer.
Banyak dikenal orang, dimana saja memang
menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah saja
untuk dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula,
sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan
sendirinya tanpa perlu digembar-gemborkan.
7. Belajar untuk menyampaikan pendapat, ide, dan gagasan
Di organisasi, kamu punya kesempatan yang
luas untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum
yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang.
Mulai dengan tata bahasa yang kacau
balau, sampai akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan
kamu dalam bahasa yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan
ditempa. Pada saat pertama kali berbicara didepan khalayak ramai,
barangkali kamu merasa tidak percaya diri, kaki gemetar, bahkan sampai
berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Di organisasi, kamu akan dilatih, belajar
terus menerus, sampai akhirnya percaya dirimu menjadi tinggi, sehingga
semua keraguan itu sirna dari pikiranmu. Dan akhirnya kamu pun mampu
untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.
8. Belajar cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau mempengaruhi orang lain secara persuasif
Ini adalah soft skill yang langka. Tidak
semua orang bisa melakukannya. Pendekatan persuasif cenderung lebih
efektif dalam menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh kesabaran
dan perhitungan yang cermat
Tidak melulu masalah dapat diselesaikan
dengan fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada
pendekatan-pendekatan yang lebih halus. Ingat, perjuangan bersenjata
saja takkan membuat Indonesia merdeka.
Untuk masalah-masalah yang serius dan
sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya
kedepan. Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan
cara negosiasi tapi malah di selesaikan secara fisik, mubazir bukan?
Di Organisasi, teknik bernegosiasi,
diplomasi dan lobi dapat dipelajari secara otodidak. Kamu dapat
mempraktekkan langsung suatu konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang.
Seiring berjalannya waktu dan seringnya
kamu menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan semakin matang.
Terkadang jika terjadi suatu masalah yang melibatkan lebih dari satu
pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat bergantung
pada suksesnya negosiasi.
10. Kemampuan admisistrasi, struktural, prosedural
Poin ini adalah kemampuan dasar yang akan
didapatkan seandainya seseorang mau terlibat aktif dalam organisasi.
Kemampuan administrasi seperti surat menyurat misalnya, memang terkesan
enteng. Namun pada momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja menjadi
penghambat jika diabaikan.
Di Organisasi, kamu akan melihat dan
merasakan langsung bagaimana berhadapan dengan struktur-struktur dalam
organisasi, bagaimana berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam
organisasi, bagaimana pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam
suatu organisasi.
11. Belajar menjadi pemimpin-memimpin sebuah tim
Ini erat kaitannya dengan jabatan. Jika
jabatan adalah posisi struktural, maka pemimpin adalah posisi
operasional. Ketua organisasi sudah jelas akan merasakan hal ini. Tapi
tak tertutup kemungkinan untuk belajar memimpin bagi pejabat-pejabat
dibawahnya.
Menjadi ketua dalam sebuah organisasi
belum tentu menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang menempatkan
seseorang dalam posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada
seseorang yang lain lagi yang mengontrol gerak organisasi tersebut,
inilah yang dimaksud dengan pemimpin.
Dalam organisasi, biasanya masih menganut “primus interpares“, siapa yang memiliki kecakapan paling bagus, dialah yang dianggap pemimpin oleh organisasi tersebut.
Meski setiap orang adalah pemimpin bagi
dirinya sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi orang
lain disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah
jiwa kepemimpinan ini menjadi semakin matang.
12. Kemampuan untuk memahami karakter orang lain
Bertemu, berkomunikasi, dan berdiskusi
dengan banyak orang dalam sebuah organisasi, maupun lintas organisasi,
perlahan kamu akan mempelajari berbagai karakter manusia. Di organisasi,
dimana anggotanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, punya
tujuan pribadi yang tidak sama juga misalnya, pemahaman terhadap
karakter seseorang menjadi sangat penting.
Dengan mengetahui karakter, kemudian
pemimpin dapat mengambil langkah preventif (pencegahan) seandainya
terjadi suatu masalah dalam tubuh organisasi, maupun dalam hubungannya
dengan dunia luar.
Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan
Ibarat air dan minyak, belajar dan
berorganisasi tidaklah pernah bisa disatukan. Tapi keduanya mungkin
saja bisa untuk diharmoniskan. Variasi orang dalam menilai baik dan
buruk berorganisasi merupakan kewajaran. Semuanya berangkat dari sebuah
pengalaman yang pernah dialami. Namun, naïf sekali jika mengatakan
berorganisasi itu justru menghalangi siswa untuk meraih prestasi. Memang
benar, kegiatan dalam organisasi akan menyita waktu kita, termasuk
waktu untuk belajar. Padahal belajar merupakan hal yang penting agar
kita dapat mencapai sebuah prestasi. Namun, disadari atau tidak,
Organisasi merupakan wadah bagi siswa untuk bersosialisasi, melatih jiwa
kepemimpinan, kedisplinan, dan melatih bertanggung jawab. Nah, sisi
positif dari berorganisasi inilah yang sejatinya mampu menopang siswa
meraih prestasi yang sejati, karena ukuran berprestasi yang kemudian
jadi tolak ukur sukses tidaknya proses pembelajaran disekolah, tidak
hanya dilihat dari hasil puas di rapot, namun juga hasil hebat terjun
dimasyarakat.
Tantangan siswa dalam menghadapi dilemanya persoalan ini, bisa teratasi jika mereka berkomitmen untuk BB (bisa balance)
sebagai aktifis dan akademis. Ini Bukanlah berarti menuntut setiap
aktivis sekolah untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan
perikat ‘cumelaude’, tetapi minimal seorang aktivis sekolah memiliki
indeks prestasi yang bisa dikatakan standar ataupun bagus. Karena mereka
memang tidak bisa disamakan dengan siswa lainnya yang hanya punya dua
orientasi yaitu sekolah dan rumah. Ketika para siswa tidur – tiduran di
rumah dengan santainya, para aktifis ini masih disibukkan dengan
berbagai agenda. Ketika siswa lain hanya pusing dengan tugas – tugas
dari bapak ibu guru, maka para aktivis menambah satu porsi dalam
pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya.
Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan.
Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban
fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk
kumpul bareng dengan keluarga di rumah.
Akan tetapi, semuanya itu tidaklah
menjadi alasan bagi aktifis sekolah untuk terlena dengan urusan
organisai, karena selain memegang amanah dari organisasi masing-masing,
mereka juga mempunyai amanah utama dari orang tua, yaitu mengikuti
proses Tholabul Ilmi dengan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, mereka harus mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS. Artinya, kita
menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis
kita sebagai seorang siswa. Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan
inilah yang harus ditanamkan dalam diri masing-masing siswa, guna
menciptakan siswa yang aktif berorganisai namun tetap berprestasi.
Karena seorang siswa biasa yang mendapat nilai akademis bagus adalah
biasa pula, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang
pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan
lebih disegani dan dijadikan referensi bagi siswa lain.
Ada 3 tips yang mugkin dapat digunakan untuk menopang prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan, bagi siswa-siswi disekolah yaitu:
Pertama, Pahami tentang metode
belajar kita, karena tiap orang mempunyai metode belajar yang berbeda
dan kapasitas yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Kenali waktu waktu
yang pas bagi kita masing untuk belajar. Apakah malam hari sebelum tidur
, ataukan ketika subuh atau pada waktu waktu lainnya sesuai dengan
waktu yang kita rasa paling nyaman untuk belajar.
Kedua, buatlah skala prioritas
dari segala aktivitas yang akan kita kerjakan pada hari itu, karena
keefektifan dalam aktivitas dapat membuka pikiran kita bahwa ternyata
kita mempunyai waktu luang yang dapat digunakan seefisien mungkin untuk
mengulang ulang pelajaran misalnya, terutama pada jam jam kosong.
Ketiga, Mulailah membuat target
nilai yang akan kita capai pada setiap semester, karena hal tersebut
dapat memotivasi kita untuk mencapai nilai yang sesuai dengan target.
Jangan memasang target yang rendah karena akan membuat semangat kita
mengendur. Sebaliknya target juga harus realistis sesuai dengan
kemampuan kita.
Nah, yang paling penting dari itu semua
adalah kemampuan kita untuk mengatur waktu. Perlu diingat, Allah SWT
memberikan porsi waktu yang sama baik kepada kita, dua puluh empat jam
sehari kita, sama dengan dua puluh emapat jam mereka, maka dituntut
kecekapan dari tiap diri, untuk pandai – pandai dalam membagi waktu.
Dari sini setidaknya kita akan menemukan 4 kelompok siswa, hasil dari pergulatannya sebagai akademis dan aktivis, yaitu:
1. Anordinary Student, suatu kelompok siswa yang sukses menjalani prinsip Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan. Dengan
indikasi kemampuan organisasi yang mumpuni, ditopang dengan kapasitas
akademis yang fantastis. Siswa seperti ini adalah kategori Khowasul Khowas (luar biasa), yang biasanya disegani oleh siswa lainnya dan dijadikan teladan.
2. Anusual Student, kategori kelompok ini bisa dikatakan siswa
yang biasa-biasa saja. Kemampuannya tinggi dibidang prestasi akademis.
Namun, tidak mempunyai tape record baik dalam ranah organisasi.
Nah, kelompok inilah yang banyak diketemukan, sehingga keberadaannya
bisa disebut “biasa”, karena porsi lebih yang mereka miliki untuk
menghabiskan waktunya menuang prestasi akademis.
3. Easy-Forget Student, mungkin menamainya dengan siswa pelupa
itu cukup tepat. Tetapi bukan berarti pelupa secara denotasi, tapi
dimaknai kiasan (Konotasi). Siswa yang masuk kategori dalam kategori
satu ini adalah siswa dengan kemampuan organisasi yang menawan, namun
“lupa” akademis, alias belum ingat akan nilai akademisnya yang cukup
mengecewakan. Yah mungkin karena terlena oleh aktivitas yang begitu
padatnya, sehingga mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah
nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama, Belajar diutamakan, organisasi dinomer satukan.
4. Brokenhearted Student, kelompok yang satu ini adalah mereka
yang masuk kategori siswa-siswa merana. Siswa dengan reputasi buruk di
sekolahnya. Karena bukan hanya tidak membanggakan akan prestasi
akademisnya, tapi juga buruk diprestasi organisasinya. Nah, bersiaplah
untuk dilupakan atau bahkan dilenyapkan jika masuk kategori kelompok
ini.
Akhirnya apa yang penulis telah tulis
adalah bagian pengalaman yang dialaminya, dengan penambahan
referensi-referensi bacaan yang ditulis oleh aktifis lainnya, dan juga
hasil curhatan pengalaman-pengalaman teman. Sehingga akan menjadi bukti
kuat bahwa tak ada yang salah dengan organisasi, dan pula tak ada yang
perlu ditinggalkan dari kewajiban belajar. Karena yang salah itu diri
kita sendiri, salah saat menentukan sikap.
Akhirnya pula, penulis ingin berkata bahwa : “Saya adalah orang yang tidak percaya pada faktor “kebetulan”.
Saya yakini semua yang saya lakukan adalah bagian cerita hidup yang
telah dituliskan. Asyiknya belajar di sekolah atau pondok, cerita kisah
kasih disekolah, deretan kisah menarik dan unik saat harus jadi aktifis
dikegiatan ekstra atau organisasi sekolah, itu semua bukan sebuah
kebetulan. Semua itu adalah cara Allah membuat saya lebih terampil, ulet
dan tentunya belajar membuka diri dengan lingkungan. Satu pengalaman
yang memotivasi saya, mungkin juga kamu! ^,^v
0 komentar:
Posting Komentar